SWARANG PATANG STUMANG

Memadukan Wisata Alam, Budaya, dan Sejarah

TIDAK seperti lazimnya penggambaran pantai selama ini yang selalu dilukiskan banyak pohon kelapa, di tepi Pantai Panjang justru tumbuh berjajar pohon cemara. Penduduk setempat menyebutnya pohon ru. Tingginya bisa mencapai sekitar 30 meter, berjajar dengan rapi. Di beberapa tempat masih ada pohon baru yang sengaja ditanam untuk menambah pohon yang ada.
JAJARAN ratusan pohon cemara di tepi pantai itu menambah keindahan kawasan sepanjang sekitar tujuh kilometer di Kota Bengkulu ini. Di sepanjang pantai juga ada jalan beraspal sepanjang tujuh kilometer, dan berada di bawah kerimbunan pohon-pohon cemara tersebut.
Pantai di tepian Samudera Hindia ini jika sore hari dipadati oleh para pengunjung yang ingin beristirahat sambil menikmati saat-saat Matahari terbenam. Pengunjung bisa sekadar duduk-duduk di pasir sambil menikmati pemandangan, atau berolahraga seperti joging, bermain bola, dan sekadar jalan-jalan.
Anak-anak bermain bola, pasangan muda-mudi berpacaran, orang tua yang sekadar duduk-duduk, dan beberapa orang memancing di sungai kecil yang mengalir ke pantai, adalah suasana yang biasa terlihat sore hari di Pantai Panjang.
"Saya sering mengajak keluarga untuk bermain dan menikmati sunset di pantai ini," kata Edi Marwan, warga Kota Bengkulu. Menurut Edi, setiap sore dan hari libur, pantai ini selalu dipenuhi warga yang ingin menikmati Matahari terbenam.
Di tengah laut, sejumlah kapal dan perahu terlihat sedang berlayar. Perahu-perahu itu milik para nelayan di Kota Bengkulu yang sedang mencari ikan di Samudera Hindia.
Ombak di pantai ini tidak terlalu besar, namun menurut sejumlah penduduk setempat, cukup berbahaya untuk dijadikan lokasi mandi. Sayangnya, tidak ditemukan adanya papan pengumuman kepada pengunjung tentang bahaya mandi di laut. "Seharusnya pemerintah memasang papan peringatan kepada pengunjung supaya keselamatan mereka terjamin," kata Edi.
Pesona sunset dan jajaran pohon cemara yang hijau di sepanjang tepiannya inilah yang coba ditawarkan untuk menarik wisatawan datang ke Bengkulu. Meski menjadi obyek wisata andalan, kawasan Pantai Panjang kurang terkelola dengan baik.
Pantai ini juga dilengkapi sarana publik seperti WC umum, restoran, dan kolam renang. Transportasi cukup mudah untuk mencapai pantai ini. Jaraknya hanya sekitar tiga kilometer dari pusat kota.
Akan tetapi, beberapa fasilitas dibiarkan telantar tanpa perawatan, seperti tempat duduk dan beberapa bangunan lain yang tampak berantakan. "Bangunan rumah di pinggir pantai yang rusak itu karena gempa tahun 2000," kata Arman Rumli, Kepala Dinas Pariwisata Bengkulu.
Selain itu, jajaran puluhan gubuk tempat orang berjualan tampak mengganggu keindahan suasana pantai. Mereka tampak tidak diatur sehingga terkesan asal-asalan membangun warung-warung tersebut.
Pantai Panjang hanyalah salah satu dari sejumlah andalan untuk pembangunan pariwisata Bengkulu. Selain pantai ini, tempat lain yang menyajikan keindahan alam antara lain Pulau Tikus, Pantai Tapak Padri, Pantai Pasir Putih di dekat Pelabuhan Samudera Pulau Baai, dan Danau Dendam Tak Sudah.
Danau Dendam Tak Sudah merupakan tempat tumbuhnya anggrek langka, Vanda hookeriana. Sayangnya, akibat pembabatan hutan, danau ini terancam keberadaannya. Oleh Pemerintah Daerah Bengkulu, kawasan cagar alam ini dijadikan kawasan wisata.
"Akan tetapi, karena kawasan ini merupakan cagar alam, harus ada ploting area supaya kegiatan pariwisata tidak sampai merusak kawasan cagar alam," kata Arman.
BENGKULU tidak hanya mengandalkan wisata alam, tetapi juga wisata sejarah dan wisata budaya. Menurut Arman Rumli, Bengkulu kaya wisata sejarah dan budaya. Di antaranya adalah rumah Fatmawati, istri Presiden RI Soekarno, dan rumah kediaman Presiden Soekarno sewaktu diasingkan Belanda di Bengkulu antara tahun 1938 dan 1942.
Kekayaan sejarah lain di Bengkulu adalah Benteng Marlborough di tepi Pantai Tapak Padri, dan Monumen Parr. Benteng Marlborough merupakan bangunan kokoh peninggalan Inggris yang dibangun pada tahun 1713 hingga 1719 pada masa kepemimpinan Gubernur Joseph Collet.
Bangunan ini tidak mengalami kerusakan berarti ketika gempa besar berkekuatan 7,3 pada skala Richter tahun 2000 yang menghancurkan ribuan bangunan lain di Bengkulu.
Dari atas benteng bisa dilihat bentangan Pantai Tapak Padri hingga jauh ke tengah laut, dengan perahu-perahu nelayan yang sedang mencari ikan atau merapat di pantai. Tak heran, benteng ini dijadikan sebuah tempat pertahanan karena tempatnya yang strategis untuk mengawasi tempat di sekelilingnya.
Tempat ini ramai dikunjungi pada sore hari. Pengunjung bisa menikmati sunset di horizon Pantai Tapak Padri dari atas benteng, sambil menikmati kenangan sejarah masa lampau.
Sayangnya, kondisi bangunan tua ini terkesan kurang terawat. "Padahal, kalau dirawat dengan baik, pasti akan bagus," kata Jon, seorang pengunjung benteng. Bahkan benteng bersejarah ini tidak luput dari aksi vandalisme, dengan banyaknya coretan di dinding benteng dan di beberapa meriam peninggalan Inggris. "Coretan-coretan itu hasil kejahilan para pengunjung," kata Erman, seorang fotografer di Benteng Marlborough.
Wisata lain yang menjadi andalan Bengkulu adalah wisata budaya. Paling dikenal adalah wisata budaya upacara Tabot. Perayaan Tabot di Bengkulu dilaksanakan selama 10 hari berturut-turut.
Tabot dirayakan setiap tanggal 1 hingga 10 Muharam setiap tahun, yang berakar pada sejarah Islam di Bengkulu. "Sekarang ini banyak Kerukunan Keluarga Tabot (KKT) dan menyebar ke beberapa desa di Bengkulu," kata Arman.
Selain Tabot, wisata budaya lainnya adalah kerajinan kain besurek. Tetapi, akibat mulai jarangnya perajin, cukup sulit untuk melihat perajin yang sedang membatik kain besurek.
Di kawasan Penurunan dan Anggut banyak kios yang memajang cenderamata khas Bengkulu seperti kain besurek. Hanya saja, yang banyak dipajang saat ini adalah kain batik printing motif besurek. Kain batik jenis inilah yang mengancam keberadaan para perajin kain besurek Bengkulu. (B04)

0 komentar: